background

Thursday, June 30, 2011

Trip To Yogyakarta (Part 2)

Masih di hari pertama, perjalanan selanjutnya bersama dengan teman-teman Arsitektur Lanskap dan dosen kami lanjutkan ke Keraton Kasepuhan. Sama seperti keraton lain, objek wisata yang berada di kota Cirebon ini memiliki alun-alun yang terlihat sejak pertama kali memasuki area.

Entrance

 Pintu gerbang keraton

 Ditemani pemandu wisata yang mengenakan pakian adat

Sumur Kemandungan yang dulu digunakan sebagai tempat untuk mencuci alat perang

Langgar Agung sebagai mushola

 Taman Dewandaru

 Los Gajah Nguling

 Bangsal Pringgandani

 Bangsal Prabayaksa

 Relief dinding yang terbuat dari kapur sirih, getah aren, putih telur, dan pasir

 Bangsal Panembahan

 Lambang bendera kerajaan keraton

 Langgar Alit sebagai mushola

 Museum Kuno

Kondisi objek wisata sejarah ini dirasa membutuhkan perhatian lebih

   Benda-benda peninggalan sejarah kerajaan

 Banyaknya permintaan sumbangan non-ticket menimbulkan pemikiran tersendiri pengunjung

  Pajangan ukiran kayu

  Kereta kerajaan

  Satu lagi untuk kereta kerajaan

  Lukisan Prabu Siliwangi dan harimaunya yang sangat menarik

  Keraton dilihat dari dekat pintu masuk

 Tempat raja menyaksikan pertunjukan yang ada di alun-alun


All photos were taken with LG Cookie Fresh G290 mobile phone by Widystuti Utami on June 26th 2011

Trip To Yogyakarta (Part 1)

Perjalanan ke Yogyakarta yang dimulai pada tanggal 26 hingga 29 Juni 2011 ini merupakan bagian dari program kuliah lapang yang kami tempuh di semester 6. Ada banyak objek wisata yang kami amati untuk mempelajari tipe-tipe lanskap pada setiap tempat yang dikunjungi, mulai dari lanskap jalan, sejarah, budaya, dan alami.

Pada hari pertama, objek yang kami amati adalah rest area pada km 38 dari tol Cikampek, sekaligus sebagai tempat peristirahatan awal perjalanan kami. Hal yang paling terlihat menurut saya pada area ini adalah penataan dan perencanaan vegetasi yang masih minim. Area peristirahatan dan pemberhentian seperti ini tentunya memiliki lahan parkir yang cukup luas, akan tetapi pohon-pohon penaung masih belum terlihat di sini. Pohon-pohon yang terlihat antara lain palem putri, cemara (lupa jenisnya apa), dadap merah, bintaro, kamboja, dan lain sebagainya yang tidak sempat terlihat.

Menurut penjelasan materi yang saya tangkap, idealnya area seperti ini membutuhkan noise barrier yang disusun di antara jalan tol dan tempat peristirahatan sebanyak tiga baris sepanjang sepuluh meter secara keseluruhan. Adapun untuk memberikan kesan kenyamanan, dibutuhkan tanaman estetika pada area-area untuk restoran dan tempat istirahat dengan variasi yang lebih ditonjolkan. Agar pengelolaan tidak banyak membuang materi dan tenaga, dapat ditanam tipe tanaman perennial untuk mengurangi pemeliharaan. Lokasi seperti ini juga membutuhkan suhu antara 15-27 oC dan RH antara 40-70 untuk kenyamanan yang optimal.
Dari segi fasilitas yang diberikan, tempat ini sudah tergolong baik. Adanya tempat ibadah, restoran, kios-kios penjaja makanan, toilet, dan tempat pengisian bensin, membuat tempat ini baik dalam pemenuhan standar.

Parkiran dibuat bertipe miring

Vegetasi terlihat masih minim


All photos were taken with LG Cookie Fresh G290 mobile phone by Widystuti Utami on June 26th 2011

Wednesday, June 15, 2011

Fun Bike IPB Green Living Movement

Fun bike adalah salah satu rangkaian kegiatan dari acara Green Living Movement IPB yang pada hari pertama ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Bumi sekaligus sebagai kampanye untuk mempublikasikan acara puncak di minggu berikutnya.

 Start dari GWW, seluruh peserta mengenakan dress code kaos putih

  Kampanye acara di Asrama TPB Putra IPB

 Kampanye dilanjutkan di GOR Lama IPB

 Masih di GOR Lama

  Flash mob dilakukan di antara keramaian orang-orang seperti ini

  Suasana di sekitar GWW pada hari Sabtu

 Masih di sekitar GWW


All photos were taken with LG Cookie Fresh G290 mobile phone by Widyastuti Utami on 5th June 2011

Ujian Praktikum Desain Lanskap

Tiga hari berturut-turut yang cukup menguras otak dan tenaga kala itu adalah pada saat tanggal 8-10 Juni lalu untuk ujian praktikum Desain Lanskap. Dua lembar kertas concord  A2 dengan ukuran yang agak berbeda seakan menjadi batas penentu, seberapa kreatif dan cekatannya kami dalam menuangkan desain ke dalamnya, berikut dengan layout yang sebisa mungkin dapat menghiasinya (kalau masih ada waktu tersisa). Ujian hari pertama kami tempuh dalam waktu 8 jam dengan 2 kali istirahat, masing-masing selama 1 dan setengah jam, sedangkan pada hari kedua dan ketiga, ujian ditempuh dengan waktu yang lebih panjang, yaitu selama 10 jam dengan istirahat yang sama.
Tapak yang menjadi materi ujian kami adalah salah satu tapak yang berada di dalam area pengembangan Taman Bunga Nusantara yang mengusung tema 'Pleasure Park'. Kali ini, konsep yang gw ambil adalah citrus.
Berikut adalah foto yang diambil menjelang detik-detik penghabisan waktu selesainya ujian praktikum, hampir bertepatan dengan waktu magrib tanpa adanya perpanjangan waktu.

 Lembar kedua: siteplan, perspektif, dan potongan

 Lembar pertama: invent, analisis, sintesis, dan konsep (plain bgt isinya,haha)

 Kondisi meja saya setelah menyelesaikan hasil gambar

 Ada yang sudah beres, ada yang masih serius mengerjakan

 Langit di luar sudah terlihat gelap

Posisi saya berada di baris ketiga dari belakang, sesuai absen


All photos were taken with LG Cookie Fresh G290 mobile phone by Widyastuti Utami on 10th June 2011

Friday, June 3, 2011

Keterkaitan Hubungan Kerjasama Budaya, Pariwisata, dan Pendidikan Indonesia-Korea Selatan Seiring Globalisasi

Kecenderungan masyarakat yang hidup di zaman modern seperti sekarang ini, tidak terlepas dari suatu proses yang dinamakan globalisasi. Proses ini mengantarkan manusia kepada kehidupan yang memiliki prinsip kesalingtergantungan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Lingkup yang mewadahi nilai ini pun tidak lagi dari dalam sebuah negara yang terdiri dari masyarakat tertentu di bawah satu sistem pemerintahan yang sama, melainkan sebuah proses kehidupan yang melibatkan masyarakat dengan segala aktivitasnya di negara lain sebagai upaya pemenuhan dan penunjang kebutuhan segala sesuatu yang diperlukan bangsa guna tercapainya kemajuan sistem kehidupan mereka. Salah satu contoh aplikasi nyata yang mampu menggambarkan proses ini adalah hubungan kerjasama antara dua negara di berbagai sektor. Indonesia dalam proses pembangunannya, tentu tidak terlepas dari kegiatan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak asing. Hal ini dilakukan guna meningkatkan produktivitas kerja serta kualitas produk pembangunan untuk mencapai tujuan yang maksimum. Negara menyadari bahwa tidak seluruh kebutuhan hidup dapat diperolehnya secara mandiri. Persoalan ini dikarenakan masing-masing negara memiliki kemampuan dan kepemilikan sumber daya alam dan manusia yang berbeda-beda. Melalui kerjasama, diharapkan kedua negara mampu memenuhi prinsip saling memenuhi untuk mencapai tujuan bersama.
            Hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Korea Selatan di berbagai sektor kebutuhan hidup merupakan salah satu contoh dari proses globalisasi. Pada tahun 1966, ditandatanganilah sebuah persetujuan pembukaan hubungan diplomatik kenegaraan tingkat konsuler antar kedua negara. Adapun pada bulan September 1973, hubungan keduanya meningkat menjadi hubungan diplomatik penuh. Peristiwa tersebut kemudian menjadi awal dimulainya kerjasama antara Indonesia dengan Korea Selatan yang semakin meningkat hingga saat ini.    
Satu hal yang cukup menarik dari hubungan kerjasama antara kedua negara ini adalah faktor pendekatan kolaborasi dan pertukaran nilai budaya yang semakin mendorong kedua negara untuk lebih mengembangkan kerjasama pembangunan mereka. Aspek budaya tersebut seakan menjadi nilai penting yang sesungguhnya kurang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan negara apabila dibandingkan dengan aspek lain seperti ekonomi, politik, dan pertahanan yang lebih dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat. Pengaruh nilai budaya sepertinya lebih mudah untuk digunakan sebagai media terbaik dari upaya pendekatan secara ‘lunak’ terhadap masyarakat luas. Hal ini pun kemudian dianggap menjadi titik awal hubungan persahabatan yang berujung kepada hubungan kerjasama bilateral. Adapun kerjasama budaya banyak dilakukan melalui kegiatan exchange student yang mengusung tema pertukaran budaya. Pada kegiatan ini, baik pelajar Indonesia yang berkunjung ke Korea Selatan maupun sebaliknya, masing-masing saling mempresentasikan kebudayaan mereka mulai dari pakaian, makanan, seni, hingga kerajinan tangan tradisional. Biasanya kesempatan tersebut berasal dari program kerja perguruan tinggi yang memiliki fakultas bahasa dan budaya. Adapun festival kolaborasi budaya kedua negara dapat menjadi salah satu alternatif misi pengenalan budaya kedua belah pihak. Di Indonesia sendiri, eksistensi serta perkembangan kebudayaan Korea Selatan kian meningkat seiring dengan perkembangan serial drama Korea yang mampu mempengaruhi antusiasme masyarakat terhadap kehadirannya tersebut.
Pengaruh keberhasilan misi pertukaran budaya, tanpa disadari telah mampu mempengaruhi sektor kebutuhan lain. Pariwisata luar negeri ternyata telah menjadi salah satu kebutuhan bagi sebagian masyarakat lokal yang tertarik terhadap keindahan dan keunikan alam maupun kehidupan perkotaan yang berada di belahan dunia lain. Hal ini pun muncul dari pengetahuan mereka mengenai informasi perkembangan kebudayaan serta kehidupan negara terkait yang mulai digemari. Seperti biasa, serial drama Korea seakan telah menjadi media tepat bagi masyarakat Indonesia sebagai sarana promosi pariwisata negeri ginseng tersebut secara tidak langsung. Tidak hanya pariwisata Korea Selatan yang menjadi perhatian masyarakat lokal. Sebaliknya, sebagian masyarakat negara tersebut pun boleh mulai tertarik terhadap potensi wisata yang berada di Indonesia. Sebagai buktinya, melalui "Surabaya Tourism Promotion Board/STPB" dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya, Indonesia menjalin kerja sama dengan Korea Selatan, seiring partisipasinya dalam Busan Sister (Friendship) Cities Art Exchange Symposium di International Room Busan "Culture Center", Korea Selatan. Pada acara tersebut, diperkenalkanlah potensi wisata yang berada di Surabaya, termasuk Jawa Timur sendiri.
Tercapainya keberlangsungan dari sebuah kerjasama antara dua negara, tentu tidak terlepas dari modal informasi dan pengetahuan yang bersumber dari dunia pendidikan. Hadirnya program studi bahasa Korea di UNJ, UGM, dan UI tampaknya telah cukup mampu mendukung perkembangan dari kerjasama kedua negara di berbagai bidang, termasuk kebudayaan dan pariwisatanya. Di Korea Selatan pun ternyata telah berdiri Department of Indonesian—Malay di Hankuk University of Foreign Studies yang telah berdiri sejak Oktober 1963. Hal ini membuktikan, tingginya perhatian kedua negara terhadap pentingnya kebutuhan dalam menjalin hubungan bilateral.
Cute Line Smiley Cute Line Smiley Cute Line Smiley