background

Friday, August 19, 2011

Finding Mr. Destiny

Sebenernya udah lama gw nyimpen film ini, cuman baru sekarang aja sempet ditonton,hehe.. Finding Mr. Destiny dengan kemunculannya, sekaligus menjadi karya comeback bagi Gong Yoo selepas masa wajib militernya, ditemani dengan si imut Im Soo Jung yang banyak dikenal melalui serial dramanya yang berjudul I'm Sorry, I Love You dan karya filmya bersama Rain, Cyborg Girl. Film ini sendiri rilis pada tahun 2010. Tidak jauh dengan konsep cerita yang banyak dibawakan, film ini menghadirkan kisah bergenre romance - comedy

 source : gooffythegreat from lautan indonesia

source : gooffythegreat from lautan indonesia

Menceritakan tentang seorang perempuan bernama Seo Ji Woo (Im Soo Jung) yang sedang berpergian ke India, bertemu dengan cinta pertamanya, Kim Jong Ok. Sejak saat itu, selama  hingga 10 tahun Ji Woo tidak dapat melupakan laki-laki yang ia jumpai itu. Seorang pilot yang ingin melamarnya pun ditolaknya. Perempuan yang berprofesi sebagai sutradara sebuah pertunjukan teater ini pun membuat panik sang ayah. Dibawalah ia ke sebuah perusahaan yang bertugas untuk membantu dalam menemukan cinta pertama seseorang. Di tempat itu, Ji Woo bertemu dengan Han Gi Joon (Gong Yoo) yang membantu perempuan tersebut dalam pencarian sang cinta pertama. Selama proses pencarian tersebut, tidak dapat dipungkiri jika mereka akhirnya saling menyukai, meskipun pada awalnya Ji Woo tidak tertarik dengan Gi Joon yang berpenampilan kuno dan terlalu memperhatikan masalah kebersihan secara berlebihan. 

Salah satu adegan pada saat Gi Joon masih bekerja sebagai salah satu bagian dari agen perjalanan. Dari penampilannya, bagi penggemar serial Winter Sonata pasti tau, siapa gerangankah peran yang sedang ditampilkan oleh Gi Joon? Ya..dia adalah Bae Yong Jun :D

source : grntealatte from wordpress

Film Korea memang tidak banyak terlepas dari kisah-kisah romantisnya. Contoh yang menarik (meskipun sebenarnya sudah sangat klasik) menurut gw adalah ketika Ji Woo pertama kali berpisah dengan Jong Ok (yang saat itu diilustrasikan dengan Gong Yoo juga) setelah keluar dari bandara sesampainya di India. Intinya Ji Woo berkata seperti ini, "Jika berjodoh, kita pasti akan bertemu lagi" (klasik tapi... :3).

source : ayedramakojep from blogspot

Hal lain yang membuat film ini menjadi menarik adalah pemilihan setting luar negerinya yang berada di India. Di dalamnya diperlihatkan suasana di salah satu kota di negara tersebut (kalau tidak salah New Delhi) yang menggambarkan keadaan pada wilayah stasiun, pasar (pusat perbelanjaan), pemukiman penduduk, juga transportasi khas yang berada di sana. Ji Woo juga sempat mencoba mengenakan pakaian tradisional India. Ketika berada di restoran, ia pun belajar menggunakan tangannya untuk makan, tanpa sumpit ataupun sendok.
 
source : iluvjin from wordpress

Setting di India sebenarnya hanya diperlihatkan sebagai flash back yang menceritakan perjalanan Ji Woo dengan laki-laki yang dijumpainya. Selebihnya, film ini lebih banyak menceritakan kehidupan Ji Woo ketika ditemai Gi Joon dalam pencarian seorang Jong Ok. Selain itu, juga ditampilkan pekerjaan Ji Woo sebagai sutradara beserta rekan-rekan kerjanya.
source : http://www.lautanindonesia.com/forum/index.php?topic=87845.0

Pelestarian dan Penataan Pulo Geulis

Poster ini dikerjakan berdasarkan tugas dari mata kuliah Pelestarian Lanskap Sejarah dan Budaya pada semester 5 lalu. Hasil yang dituangkan pada isi poster tersebut adalah sebuah perencanaan lanskap untuk kawasan bersejarah maupun yang memiliki nilai budaya di kota Bogor. Masing-masing kelompok memiliki lokasi yang berbeda-beda dalam melakukan pengamatan lapang. Kelompok saya sendiri memperoleh lokasi di wilayah Pulo Geulis yang di dalamnya terdapat klenteng tertua di kota Bogor bernama Vihara Maha Brahma. Informasi dan liputan mengenai wilayah ini dapat dilihat pada halaman berikut : Lanskap Sejarah Pulo Geulis dan Klenteng Tertua di Kota Bogor



Created by Widyastuti Utami, Fathiin Muhtadi P., Desti Firza, Amalia Gina P., Firdaus, and Mario Delau

Tuesday, August 16, 2011

Another Shots From Yogyakarta












All photos were taken with LG GS290 mobile phone by Widyastuti Utami

Saturday, August 13, 2011

Halaman Depan Rumah Warga (Sketsa)

Mencoba menggambar sketsa halaman depan rumah warga tempat gw dan teman-teman KKP cewe tinggal. Sketsa awal menggunakan pensil mekanik 2B, dilanjutkan penebalan dengan drawing pen 0.2 dan 0.3. Pewarnaan oleh pensil warna Faber Castell. 
*Karna habis digulung, ada bagian gambar yang keliatan bengkok (-..-")


Picture was taken with LG GS290 mobile phone

Menggambar Wajah (4)

Gambar di bawah ini adalah hasil karya yang dibuat saat masih tinggal di Tegal untuk kegiatan KKP selama 1,5 bulan, dalam rangka mengisi waktu luang yang bisa dibilang cukup membosankan saat itu (hehe). Sketsa wajah dibuat dengan menggunakan pensil mekanik 2B, dilanjutkan penebalan dengan pensil kayu 6B, 8B, serta kembali digunakan pensil mekanik 2B. Jenis kertasnya adalah Buffalo berwarna biru.
*Yang tau ini siapa jago :P

Kalau ada yang berkenan memberikan kritik dan saran, silahkan dikomentari..trmksh





Picture was taken with LG GS290 mobile phone

Ginseng Jawa (Som Jawa)

Ketika disebutkan sebuah kata bernama 'ginseng', hal pertama yang terbesit di dalam pikiran saya adalah negeri yang turut mempopulerkannya yaitu Korea. Belum pernah terpikirkan sebelumnya akan melihat langsung tanaman ini dengan mudah tumbuh di lingkungan sekitar rumah. Pemikiran yang salah tersebut telah dibuktikan ketika berlangsungnya kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di daerah Tegal, tepatnya di Desa Kalisalak, Kecamatan Margasari yang baru saja usai. Hanya saja, berbeda dengan ginseng yang biasa tumbuh di Korea, salah satu jenis tanaman perkebunan yang saya lihat tersebut memiliki jenis yang berbeda. Ginseng ini bernama ginseng jawa. 

 source : Prota

 source : Sarawakianaii

Tanaman yang satu ini memiliki nama latin Talinum paniculatum Jacq Gaertn. Saat itu saya bersama dengan rekan-rekan kelompok KKP berkesempatan untuk berkunjung ke rumah salah seorang petani dan peternak sapi yang akan bekerjasama sekaligus membantu kami untuk melakukan kegiatan pembuatan kompos sebagai salah satu program utama kegiatan kami di Desa Kalisalak. Berhubung tidak banyak yang saya tahu mengenai hama dan tanaman perkebunan yang kebetulan tengah didiskusikan, saya pun lebih tertarik untuk melihat-lihat pekarangan pribadi di belakang halaman rumahnya yang dikelola oleh sang istri.  

Satu hal yang membuat saya tertarik adalah tanaman ginsengnya yang pada awal pemikiran saya saat itu hanyalah sebagai sebuah tanaman hias biasa. Wanita yang berasal dari Semarang tersebut pun menjelaskan bahwa ia biasa menggunakan daun tanaman ginseng dari pekarangan rumahnya sebagai bahan penambah masakan untuk mie.  Selain itu, ginseng jawa juga berfungsi sebagi obat untuk penyakit liver dan ginjal. Uniknya, tanaman itu justru tumbuh dengan lebat pada lantai pekarangannya yang beralaskan semen. Ketika beliau mencoba menanamnya di dalam pot bermedia tanah, tanaman tersebut cenderung layu dan tidak tumbuh lebat. 

Setelah melihat potensi yang dimiliki oleh ginseng jawa, menurut saya tanaman ini dapat dengan baik menjadi salah satu elemen tanaman yang dapat dibudidayakan dan dikembangkan di dalam pekarangan rumah. Tidak hanya fungsi produksi untuk pangan dan obat-obatan saja yang dapat diperoleh, melainkan sekaligus dapat berfungsi sebagai tanaman estetik atau hias. 

Source : 
http://database.prota.org/dbtw-wpd/exec/dbtwpub.dll?AC=QBE_QUERY&BU=http://database.prota.org/search.htm&TN=PROTAB~1&QB0=AND&QF0=Species+Code&QI0=Talinum+paniculatum&RF=Webdisplay
http://sarawakianaii.blogspot.com/2011/04/talinum-tu-ren-shen.html

Trip To Yogyakarta (Part 5)

Usai perjalanan di hari kedua dengan Malioboro sebagai lokasi terakhirnya, di hari ketiga kami pun berkesempatan mengunjungi Museum Gunung Merapi, kawasan bencana Merapi, kompleks Candi Prambanan, dan Pantai Parangtritis. 

Hal yang membuat saya tertarik dengan museum ini adalah konsep yang diberikan sang perancang bangunan terhadap museum tersebut. Konsep yang dipaparkan mengingatkan saya dengan keseharian bersama teman-teman arsitektur lanskap saat memperoleh tugas desain lanskap yang diberikan oleh dosen. Kreatifitas, inovasi, dan kesesuaian konsep terhadap desain yang direncanakan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah karya. Hanya saja, ada pula perbedaan yang dirasakan ketika melihat konsep yang dibuat untuk ranah antara pekerjaan arsitektur bangunan dengan lanskap. Bangunan ini mempersatukan beberapa interpretasi dari potensi yang dimiliki oleh nilai filosofis Jawa. 

 
Bangunan Museum Gunung Merapi yang berbentuk limas

Jika cuaca sedang cerah, puncak merapi yang kokoh dan rimbunnya pepohonan akan terlihat sebagai latar belakang bangunan museum. Menaiki satu persatu anak tangga yang ada di pelataran museum akan mengingatkan anda pada pintu gerbang utama kompleks Candi Ratu Boko. Hal ini tidaklah berlebihan, karena konsep pembangunan Museum Gunung Merapi lekat dengan nilai-nilai filosofis Jawa. Arsitektur museum sendiri merupakan representasi dari bentuk candi (pintu utama dan pelataran), tugu Jogja (puncak bangunan), Gunung Merapi (bangunan keseluruhan), serta konsep keraton sebagai citra dunia (denah bangunan yang sentripetal) (Elisabeth Murni).

 Anak tangga pada pelataran yang mengusung konsep dari Candi Ratu Boko

 Maket Gunung Merapi berukuran besar

 Pada sisi bangunan terdapat pohon-pohon bambu sebagai screen view

 Dari pelataran ke arah area parkir dan pintu masuk

 Diorama konsep bangunan Museum Gunung Merapi

 Di dalam museum

 Di dalam museum

Replika ilustrasi bencana erupsi Merapi, masih dalam proses pembangunan

All photos were taken with LG GS290 mobile phone by Widyastuti Utami on June 28th 2011
Source : http://www.jogjatrip.com/id/84/museum-gunung-merapi


Trip To Yogyakarta (Part 4)

Objek wisata sejarah favorit saya dari berbagai lokasi yang telah dikunjungi adalah Benteng Vredeburg. Sekilas, objek wisata ini mengingatkan saya terhadap Kota Tua yang berada di Jakarta. Kami berkesempatan mengunjungi benteng tersebut pada sore hari, selepas berkunjung dari kawasan Taman Sari. Hanya saja kami kehilangan kesempatan untuk bisa masuk ke dalam museumnya. 

Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun tahun 1765 oleh VOC di Yogyakarta selama masa kolonial VOC. Gedung bersejarah ini terletak di depan Gedung Agung (satu dari tujuh istana kepresidenan di Indonesia) dan Istana Sultan Yogyakarta Hadiningrat yang dinamakan Kraton. Benteng ini dibangun oleh VOC sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kala itu. Benteng ini dikelilingi oleh sebuah parit yang masih bisa terlihat sampai sekarang. Benteng berbentuk persegi ini mempunyai menara  di keempat sudutnya. Di masa lalu, tentara VOC dan juga Belanda sering berpatroli mengelilingi dindingnya. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia (Wikipedia, 2011).

 Pintu masuk Benteng Vredeburg

  Patung Jenderal Soedirman


 Meriam

 Bazaar di dalam kompleks benteng

 Bazaar

Salah satu stan bazaar yang menjual kerajinan unik

All photos were taken with LG GS290 mobile phone by Widyastuti Utami on June 27th 2011





Trip To Yogyakarta (Part 3)

Perjalanan pada hari kedua kunjungan di kota Yogyakarta dilanjutkan ke empat lokasi objek wisata berbeda secara berurutan. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Kotagede dengan kerajinan peraknya yang cukup terkenal. Tidak jauh dari kawasan tersebut, terdapat makam-makam Raja Mataram yang berdampingan dengan Masjid Agung Kotagede sebagai masjid tertua yang telah berdiri selama ratusan tahun. Usai mengunjungi lokasi tersebut, kunjungan pun dilanjutkan ke Keraton Yogyakarta. Tidak jauh dengan Keraton Yogyakarta, Taman Sari pun siap menjadi lokasi berikutnya untuk kami kunjungi. 

Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka) (YogYES, 2011).

 Bangunan yang berada menyendiri di dalam kompleks Taman Sari

  Dari arah pintu masuk menuju ke dalam kompleks Taman Sari

  Kolam yang dahulu digunakan sebagai tempat pemandian keluarga raja

  Kolam

  Terdapat bangunan di sisi kolam, biasa ditempati oleh raja

  Bangunan di dalam kompleks, menyerupai benteng

  Pemandangan ke arah luar dari atas benteng

  Dari atas benteng


All photos were taken with LG GS290 mobile phone by Widyastuti Utami on June 27th 2011
Cute Line Smiley Cute Line Smiley Cute Line Smiley