background

Wednesday, December 29, 2010

Sungai Cheonggyecheon Sebagai Salah Satu Contoh Revolusi Pembangunan Kota Modern yang Ramah Lingkungan

Seorang dosen tamu yang telah lama menekuni profesinya di Amerika berkunjung ke kampus gw pada hari Selasa, 22 Desember 2010 untuk mengisi kuliah umum mengenai pengalihan tata ruang sistem transportasi di Jakarta, dengan meninjau sistem yang dilakukan beberapa negara yang telah berhasil mengaplikasikannya, sebagai bahan pertimbangan pembangunan yang sustainable di kota Jakarta yang sangat padat ini. Di hari itu, kebetulan mood gw bener-bener lagi nggak bagus hampir seharian, nggak tau kenapa. Tapi setelah dosen ini mulai mengisi materinya di jam 3 sore, timbullah antusiasme gw untuk mulai memperhatikan penjelasannya, bahkan berniat untuk melontarkan satu pertanyaan (setidaknya buat memacu semangat gw supaya nggak bete lagi,haha).

Satu hal yang cukup menarik perhatian gw adalah ketika beliau mulai memberikan materi dengan tiga lembar kertas berisi tulisannya yang telah diberikan kepada para mahasiswa, dengan salah satunya dibahas mengenai Sungai Cheonggyecheon di Seoul, Korea Selatan. Seperti biasa di mana pun dan kapan pun ketika gw mulai mendengar kata-kata dengan selentingan seputar 'korea' apapun itu, pasti rasa penasaran gw bakal semakin bertambah (freak!). Ya, ternyata sungai yang sudah tidak asing lagi bagi gw, karna udah pernah gw lihat di 'S-E-O-U-L Song'nya Super Junior dan SNSD, juga di filmnya Kang Dong Won, 'Jeon Woo Chi', menjadi salah satu contoh tata ruang pengalihan sistem transportasi yang berhasil dilakukan pemerintah negara setempat untuk mengurangi kemacetan dengan menambahkan nilai ekologi ke dalamnya.

Image and video hosting by TinyPic

Berdasarkan penjelasan sang dosen tamu beserta informasi yang gw dapatkan, dahulu tempat ini merupakan kawasan yang kumuh, bahkan menjadi tempat pembuangan akhir bagi warga. Menurut pemerintah kota Seoul, setelah Perang Korea pada tahun 1950-1953, Cheonggyecheon menjadi tempat pemukiman kaum pendatang yang ingin hidup di ibukota. Kemudian pada tahun 1970an, kawasan ini berubah menjadi sebuah simbol 'modernisasi' Korea Selatan, yang ditunjukkan melalui pembangunan tiang-tiang pancang dan beton untuk pembuatan jalan layang. Kondisi yang semakin parah ini menimbulkan sebuah pemikiran revolusioner terhadap lingkungan dari seorang tokoh yang kini menjabat sebagai kepala negara Korea Selatan, Lee Myeong Bak, melalui visi ramah lingkungannya ketika beliau masih menjabat sebagai walikota pada tahun 2003. Beliau ingin kembali menjadikan Cheonggyecheon sebagai sungai kecil yang mengalir di tengah keramaian ibukota. Jalan-jalan layang, tiang-tiang pancang beserta beton yang ada disingkirkan. Pembangunan ini tentunya telah turut menjadikan kota Seoul sebagai kota yang modern dengan tetap memegang prinsip ramah lingkungan melalui sistem ekologi yang diterapkan pada pusat keramaian perkotaan. Adapun manfaat yang dirasakan setelah keberadaannya menurut pengakuan yang dilontarkan oleh pihak pemerintah kota Seoul antara lain, adanya penurunan tingkat polusi udara serta udara kota yang semakin sejuk.

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Perubahan yang terjadi, dari sebuah area pemukiman kumuh, jalan layang yang dipenuhi polusi akibat kemacetan lalu lintas, hingga menjadi pedestrian way yang sangat memperhatikan nilai ekologis kota.

Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Melihat dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, alangkah baiknya apabila Jakarta bisa menerapkan sistem yang serupa. Tampaknya selama ini rencana pembangunan selalu dihadapkan oleh permasalahan sosial dan ekonomi yang tidak kunjung usai. Namun apabila pihak terkait yang memiliki wewenang lebih terhadap pembangunan kota tidak memilki pendirian teguh maupun tindakan yang pasti dalam keinginannya untuk merubah kondisi yang telah ada saat ini, dengan lebih banyak melakukan pertimbangan yang tidak kunjung selesai, maka impian untuk dapat mewujudkan suatu tatanan perkotaan padat penduduk yang bernilai ekologis akan sulit tercapai.

Dibutuhkan suatu keinginan kuat untuk dapat menghadirkan kota Jakarta sebagai kawasan padat penduduk yang mampu menghadirkan kondisi ekologis di tengah keramaian kota guna menghindari kemacetan yang kian parah melalui pengalihan fungsi jalan menjadi pedestrian way yang ramah lingkungan.
Cute Line Smiley Cute Line Smiley Cute Line Smiley